Bahasa sehari-hari kaum Yahudi di abad 1 itu Aramaik,
Yeshua mengajar dalam Aramaik,
Kabar Baik awal itu dalam Aramaik,
kemudian, naskah-naskah PB ditulis dalam Aramaik.

Halo semua! Selamat datang!!
Saya ucapkan terima kasih sudah meluangkan waktu untuk singgah di website Peshitta Indonesia kami ini. Saudara sedang membaca website terjemahan Kitab Suci Peshitta atau kitab berbahasa Aramaik/Siria ke dalam bahasa Indonesia.
Website ini menginduk kepada Dukhrana Biblical Research (DBR). DBR telah menyediakan kepada dunia informasi berharga terkait Peshitta yang banyak memuat alat belajar yang baik seperti foto lembaran-lembaran naskah-naskah kuno PB Aramaik, cara membaca, analisa setiap kata/lema, berbagai terjemahan ke dalam bahasa Inggris dan Belanda, ditambah berbagai terjemahan bahasa Inggris dari naskah-naskah Yunani sebagai pembanding. Sayangnya, di sana belum ada terjemahan ke dalam bahasa Indonesia kita.
Peshitta Indonesia bermaksud untuk memenuhi keinginan banyak umat Kristen dan non Kristen yang merindukan adanya terjemahan Peshitta ke dalam bahasa kita.
Peshitta
Peshitta adalah Kitab Suci PL dan PB Aramaik resmi Jemaat Assyria (Church of the East/CoE). Dari ribuan komunitas Kristen di seluruh dunia, komunitas ini lumayan unik karena di saat lainnya berpedoman pada Kitab PB Yunani, hanya mereka yang melestarikan naskah-naskah berbahasa Aram dan menjadikannya Kitab Kanonik mereka. Keunikan inilah yang merupakan kekuatan mereka. Mereka memiliki kitab dengan bahasa yang dipakai oleh Maran Yeshua dalam pengajaran-Nya.
Nama Peshitta dalam bahasa Aram berarti lurus/sederhana, dengan kata lain, inilah kitab Perjanjian Baru yang asli dan murni, sementara Peshitta PL itu adalah terjemahan dari naskah Ibrani PL ke dalam Aram di abad 1. Mengenai keaslian Peshitta PB, kita bisa cermati kata-kata Yang Mulia Mar Eshai Shimun, Patriark Katolikos CoE, pada 5 April 1957, yang dirangkum sebagai berikut:
“Mengenai… keaslian teks Peshitta, sebagai Patriark dan Kepala Jemaat Katolik dan Apostolik Kudus Timur, kami ingin menyatakan, bahwa Jemaat Timur menerima Kitab Suci dari tangan para Rasul yang diberkati sendiri dalam bahasa Aram asli, bahasa yang digunakan oleh Tuan kita, Yeshua Mesias sendiri, dan bahwa Peshitta adalah teks Jemaat Timur yang telah turun dari zaman Kitab Suci tanpa perubahan atau revisi apa pun.”
Klaim Kitab PB ditulis awal dalam bahasa Aram tentu banyak ditentang oleh berbagai akademisi dan tentu oleh komunitas Kristen pendukung PB Yunani. Mayoritas Kristen di Indonesia meyakini Kitab PB ditulis awal dalam bhs Yunani, sementara Peshitta adalah salinannya dalam bahasa Aram dan dipakai oleh pengikut Yeshua yang tidak berbahasa Yunani sehari-hari. Belakangan bahkan ada komunitas Kristen yang klaim bahwa awalnya kitab PB ditulis dalam bhs Ibrani. Memang perbedaan ini bisa terjadi karena naskah awal penulisan kitab di abad 1 M ini sudah hancur dimakan zaman, sementara yang bisa kita baca saat ini adalah naskah-naskah salinannya. Ada naskah dalam Yunani dan Aramaik dari abad 4 sampai 16. Sementara naskah Ibrani tidak ada di abad awal, baru ada di abad pertengahan.
Di kalangan Jemaat Assyria sendiri, ada 2 jenis Peshitta yang beredar. Peshitta asli dan terjemahan dari naskah PB Yunani yang ditulis di abad 5. Menurut Dr George Lamsa, munculnya Peshitta terjemahan tersebut dikarenakan ada beberapa rohaniawan yang beralih ke jemaat Ortodoks yang memakai bahasa Yunani, lalu mereka menerjemahkan naskah Yunani tersebut ke Aram untuk jemaat mereka. Hasilnya tentu berbeda dengan isi Peshitta asli. Lebih jauh Dr Lamsa menjelaskan dalam Kata Pengantar terjemahan Peshittanya ke Inggris itu, para penerjemah Peshitta di abad 5 di atas melakukan itu supaya isi Peshittanya lebih sesuai dengan ajaran Ortodoks. Jadi tentu saja, Peshitta ini ditolak sebagai Kitab Kanonik atau Kitab Suci Jemaat Assyria.
Terlepas dari adaya penolakan dan berbagai klaim di atas, kita harus bersyukur dengan adanya komunitas yang melestarikan naskah-naskah Aram dan bahasa Yeshua ini sampai sekarang. Mengapa tidak? Dengan adanya banyak perbedaan teks di dalam naskah-naskah PB Yunani itu cukup membingungkan para pengajar Kristen dari abad ke abad. Banyak pengajar Kristen bahkan yang belum menyadari kalau naskah PB Yunani itu ada ribuan namun tidak ada dua naskah yang sama, selalu berbeda. Jadi dengan adanya naskah Aram ini, bisa dijadikan pembanding naskah yang baik. Lagipula, kita boleh berbeda pendapat tentang Kitab PB ini ditulis awal dalam bahasa apa, asal kita sama-sama menyadari bahasa pengantar Yeshua untuk mengajar adalah Aram. Jadi Kabar Baik awal itu pasti bahasa Aram! Baru kemudian dibukukan atau diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain.
Yang menarik adalah sambutan hangat dari berbagai kalangan Muslim di Indonesia dengan dipublikasikannya Peshitta dan ajaran Aram Yeshua. Pada dasarnya memang mereka merasa agak aneh, Yeshua yang adalah orang Yahudi mengajar ke orang Yahudi dalam bahasa Yahudi, mengapa kitab PB-nya ditulis dalam bahasa Yunani. Ditambah lagi dengan masuknya nama Allah dan berbagai istilah Arab ke dalam terjemahan yang ada di Indonesia, mereka sangat meyakini kalau terjemahan yang ada itu pasti bukan ajaran asli Yeshua. Jadi begitu mereka tahu ada terjemahan Peshitta sesuai kaidah bahasa yang baik dan benar, banyak dari mereka yang mendukung proyek besar ini.
Bahasa Aramaik
Di kalangan Kristen Indonesia sedikit sekali peminat bahasa yang dipakai Yeshua mengajar ini. Banyak pengajar Kristen, cukup cakap bahasa Ibrani dan Yunani, sangat jarang yang bisa apalagi handal dalam Aram. Saking jarangnya yang mempelajari bahasa ini, ada banyak pengajar dan apologet Kristen yang meyakini Yeshua itu berbahasa Yunani. Jadi saat mereka ingin tahu apa yang Dia ucapkan, cukup dengan membaca PB Yunani dan terjemahan bhs Inggrisnya, mereka yakin itu sudah cukup.
Sejarah
Dari sisi sejarah, Aram dulu sejak sekitar abad 11 SM, bahasa Yunani Kuno muncul sejak abad 15 SM. Bahasa Aramaik muncul pertama kali di wilayah Mesopotamia, terutama di antara suku-suku Aram yang bermukim di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Siria, Irak, dan sebagian Turki. Sebagai bagian dari rumpun bahasa Semit, Aramaik memiliki hubungan erat dengan bahasa Ibrani, Arab, dan Akkadia, serta memainkan peran penting dalam sejarah budaya dan agama Timur Tengah.
Bangsa Aram, yang merupakan nenek moyang penutur bahasa ini, adalah masyarakat nomaden yang akhirnya menetap di berbagai wilayah di sekitar sungai Efrat dan Tigris. Mereka membawa serta bahasa mereka, yang lambat laun menjadi alat komunikasi yang penting dalam perdagangan dan diplomasi. Pada abad ke-10 SM, beberapa kerajaan kecil Aram didirikan, seperti Damaskus dan Hamath. Bahasa Aramaik pun berkembang menjadi bahasa sehari-hari di wilayah tersebut, menggantikan bahasa lokal lainnya.
Peran bahasa Aramaik semakin menonjol ketika Kekaisaran Asyur Baru (911–609 SM) mulai mengadopsi bahasa ini sebagai bahasa administrasi. Aramaik terbukti lebih sederhana dibandingkan Akkadia, bahasa resmi Asyur sebelumnya, baik dari segi tata bahasa maupun penulisannya. Aksara Aramaik, yang berasal dari alfabet Fenisia, lebih mudah dipelajari dan digunakan. Hal ini menjadikan bahasa Aramaik pilihan yang ideal untuk komunikasi lintas budaya di wilayah yang sangat beragam.
Pada abad ke-6 SM, ketika Kekaisaran Babilonia Baru bangkit, bahasa Aramaik tetap menjadi lingua franca. Setelah itu, Kekaisaran Persia Achaemenid (550–330 SM) menjadikan Aramaik sebagai bahasa resmi untuk administrasi kekaisaran. Hal ini semakin memperkuat status bahasa ini sebagai alat komunikasi universal di Timur Tengah.
Salah satu aspek paling signifikan dari bahasa Aramaik adalah perannya dalam tradisi agama. Bahasa ini menjadi bahasa utama komunitas Yahudi yang berbahasa Ibrani berubah setelah mereka dibawa ke pengasingan di Babilonia pada abad ke-6 SM. Ketika mereka dilepaskan Raja Koresh Agung untuk kembali ke Yerusalem, tradisi Babel berserta bahasa Aramnya terus dipakai dalam kehidupan sehari-hari kaum Yahudi. Penutur bahasa Ibrani hanya di kalangan imam dan pengajar, sementara kaum Yahudi biasa, mereka memakai bahasa Aram sampai ke zaman Yeshua.
Sebagian dari Kitab Suci Ibrani, seperti Kitab Daniel dan Ezra, ditulis dalam bahasa Aramaik, mencerminkan pengaruhnya yang kuat. Bahasa Ibrani di zaman Yeshua dipakai sebagai bahasa Kitab Suci, Yunani sebagai bahasa perdagangan, Latin sebagai bahasa pemerintahakan, dan Aram sebagai bahasa sehari-hari.
Jadi Yeshua mengajar dengan memakai bahasa Aram. Sayangnya, banyak umat Kristen tidak tahu sejarah ini. Masih banyak yang berpikir Yeshua itu berbahasa Yunani.
Aksara Aramaik dalam Peshitta
Joshua Rudder dalam bukunya, Learn to Write Aramaic menjelaskan bahwa ada 3 jenis alfabeth Aramaik ini. Ke-3-nya yaitu: aksara awal (early), kotak (square script), dan lengkung (cusrive script). Sementara aksara lengkung Aram dalam Peshitta umumnya adalah bentu Siria (Syriac) yang dibagi menjadi 3 jenis: Estrangelo, Serto, dan Madnhaya.
Siria cabang dari alfabet Aram ini berkembang sekitar abad ke-2 M, dan memiliki beberapa ciri khas berikut:
- Bentuk Huruf yang Elegan dan Terhubung
Huruf-huruf dalam aksara Syriac ditulis secara bersambung, yang memudahkan penggunaan dalam manuskrip. Bentuk tulisan ini mencerminkan adaptasi aksara Aramaik klasik untuk memenuhi kebutuhan liturgis dan literatur agama.
- Tiga Jenis Aksara
Aksara Syriac berkembang menjadi tiga jenis yaitu:
- Estrangelo adalah bentuk awal yang digunakan dalam naskah-naskah Peshitta tertua. Gaya ini memiliki bentuk huruf yang besar dan tegas. Jenis ini yang ditampilkan di dalam buku terjemahan ini.
- Serto muncul di kemudian hari dan digunakan dalam konteks liturgis oleh komunitas Kristen Barat Siria.
- Madnhaya digunakan oleh komunitas Kristen Timur dan merupakan bentuk aksara Syriac yang paling sederhana.
3. Tanda-Tanda Diakritik
Pada naskah-naskah Peshitta yang lebih baru, tanda-tanda diakritik ditambahkan untuk menunjukkan vokalisasi, membantu pembaca dalam pelafalan teks yang menurut Dr Lamsa ini baru dimulai pada awal abad 5 M.
Kemiripan Kata Aram dengan Kata Indonesia
Kalau kita cermati ada beberapa kata Aramaik dalam Peshitta yang memiliki kedekatan makna dengan kosakata kita. Ini dikarenakan kata-kata tersebut diserap terlebih dahulu ke dalam Arab lalu bahasa Indonesia menyerap bahasa Arab tersebut. Atau kosakata Arab menyerapnya dari bahasa lain, lalu diserap ke dalam bahasa kita. Mari kita lihat contoh-contohnya yang kami catat di bawah ini:
- Abba di Arab menjadi abi, lalu masuk ke dalam KBBI: aba (ayah; bapak).
- Abda (Hamba/budak)di Arab menjadi abdi, lalu masuk ke dalam KBBI: abdi (orang bawahan; pelayan; hamba).
- Alaha (Tuhan) di Arab menjadi ilah, lalu masuk ke dalam KBBI: ilah (sembahan; yang disembah)
- Alam/alma (alam/kekal/dunia) di Arab menjadi alam, lalu masuk ke dalam KBBI: alam (segala yang ada di langit dan di bumi).
- Amin (benar) di Arab menjadi amin, lalu masuk ke dalam KBBI: amin (terimalah; kabulkanlah; demikianlah hendaknya).
- Beth di Arab menjadi bait, lalu masuk ke dalam KBBI: bait (rumah).
- Ewangeliawn (Yunani: εὐαγγέλιον; Kabar Baik), diserap ke dalam bhs Aram lalu ke Arab menjadi Injil, dan masuk ke dalam KBBI: injil (bagian Kitab Suci yang menceritakan kisah hidup dan pelayanan Tuhan Yesus selama di dunia).
- Gihanna (tempat pembuagan sampah di suatu lembah di zaman Yeshua, di Arab menjadi jahannam, lalu masuk ke dalam KBBI: jahanam (laut api tempat penyiksaan di akhirat).
- Ktaba di Arab menjadi kitab, lalu masuk ke dalam KBBI: kitab (buku).
- Haymanuta di Arab menjadi iman, lalu masuk ke dalam KBBI: iman (kepercayaan).
- Hekmeta di Arab menjadi hikmat, lalu masuk ke dalam KBBI: hikmat (kearifan; kebijakan).
- Malka (Raja), di arab menjadi malik, lalu masuk ke dalam KBBI: malik (raja).
- Mallakha (Pembawa pesan Tuhan) di Arab menjadi malak, lalu masuk ke dalam KBBI: malaikat (makhluk Allah yang taat, selalu berzikir kpd-Nya, diciptakan dari cahaya, mempunyai tugas khusus dari Allah).
- Megusa (Majusi), di Arab menjadi majus, lalu masuk ke dalam KBBI: majusi (pengikut agama pemuja api).
- Meshiha, diserap ke Arab menjadi al masih, lalu masuk ke dalam KBBI: mesias (Yang Diurapi, gelar yang diberikan kepada Yesus karena Yesus adalah Juru Selamat yang dijanjikan untuk menyelamatkan umat manusia; Almasih).
- Meskina di Arab menjadi miskin, lalu masuk ke dalam KBBI: miskin (tidak berharta; serba kekurangan).
- Mura di Arab menjadi muru, lalu masuk ke dalam KBBI: mur (damar yang harum baunya, dipakai untuk dupa dan sebagainya).
- Napsa (jiwa), di Arab menjadi nafs, lalu masuk ke KBBI: nafsu (keinginan/kecenderungan/dorongan hati yang kuat).
- Nasraya, diserap ke Arab menjadi nasrani, lalu masuk ke dalam KBBI: nasrani (sebutan untuk sekte Yahudi pengikut Yesus Kristus yang masih berpegang pada hukum Taurat dan tradisi Yahud).
- Neviya (Juru bicara Tuhan) di Arab menjadi nabi, lalu masuk ke dalam KBBI: nabi (orang yang menjadi pilihan Allah Swt. untuk menerima wahyu-Nya).
- Nura (cahaya), di Arab menjadi nur, lalu masuk ke dalam KBBI: nur (cahaya; sinar).
- Qebura (kubur), di Arab menjadi qubur, lalu masuk ke dalam KBBI: kubur (lubang dalam tanah tempat menyimpan mayat; liang lahad).
- Qessar (Yunani: Καῖσαρ), diserap ke Aram menjadi qessar, lalu ke Arab menjadi qaysar, lalu masuk ke dalam KBBI: kaisar (maharaja; raja diraja).
- Qudsha (suci/kudus/dipisahkan), di Arab menjadi quds, lalu masuk ke dalam KBBI: kudus (suci; murni).
- Qurbana, di Arab menjadi qurban, lalu masuk ke dalam KBBI: kurban (pujaan atau persembahan kepada dewa-dewa).
- Ruha (Angin), di Arab menjadi ruh, lalu masuk ke dalam KBBI: roh (sesuatu/unsur yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup; nyawa).
- Sabbeta di Arab menjadi Sabt, lalu masuk ke dalam KBBI: Sabat (hari ketujuh atau hari Tuhan beristirahat sesudah menciptakan alam semesta, menurut kitab Taurat, biasanya dikhususkan untuk beribadat).
- Salle/Sluta di Arab menjadi salah, lalu masuk ke dalam KBBI: salat (doa kepada Allah).
- Shlama di Arab menjadi salam, lalu masuk ke dalam KBBI: salam (damai).
- Sultana (kuasa/otoritas), di Arab menjadi sultan, lalu masuk ke dalam KBBI: sultan (raja; baginda).
- Tuw, di Arab menjadi tawba, lalu masuk ke dalam KBBI: tobat (sadar dan menyesal akan dosa dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan).
- Zedqeta (derma/amal) di Arab menjadi sadaqah, lalu masuk ke dalam KBBI: sedekah (pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan pemberi; derma).
Perhatikan makna kata-kata dalam Aram di atas! Lalu bandingkan dengan makna di dalam KBBI kita, tidak semua sama, ada yang berubah bukan? Itu wajar! Perubahan makna kata dari waktu ke waktu adalah hal yang wajar. Begitu juga serap-menyerap kata dari budaya tertentu ke budaya lain, itu lumrah. Tidak ada bahasa yang berasal dari langit, semua secara natural lahir dari budaya kita. Bisa jadi makna kata saat ini akan berubah atau terjadi revisi pada KBBI kita lagi. Karena itulah seorang penerjemah harus paham isi KBBI dengan baik.
Bahasa Indonesia
Tidak semua warga negara kita bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, sayangnya, banyak penerjemah Kristen (tidak semua) juga demikian. Padahal bahasa Indonesia bisa dibilang sebagai bahasa yang sangat mudah dipelajari. Tetapi bukan karena mudah dipelajari, maka semua orang bisa seenaknya menerjemahkan dokumen. Mari kita pelajari dahulu sejarah bahasa ini dimulai dari rahim bahasanya, yaitu bahasa Melayu.
Bersumber dari Bahasa Melayu
Dari sudut pandang intern linguistik, bahasa Indonesia merupakan salah satu varian historis, varian sosial, maupun varian regional dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu adalah salah satu bahasa Austronesia yang sudah digunakan sejak zaman kerajaan kuno di Nusantara sebagai bahasa perantara (lingua franca). Sebagai bahasa yang sederhana dan mudah dipelajari, bahasa Melayu digunakan untuk perdagangan, diplomasi, dan penyebaran agama Islam.
- Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 hingga ke-13): Bahasa Melayu digunakan dalam prasasti dan dokumen perdagangan, seperti Prasasti Kedukan Bukit.
- Kerajaan-kerajaan Islam (abad ke-14 hingga ke-16): Bahasa Melayu semakin tersebar luas melalui penyebaran agama Islam, terutama dengan penggunaan huruf Arab Melayu (Jawi) untuk menulis teks keagamaan dan hukum.
- Balai Pustaka (1901), ini adalah sebuah badan penerbitan pemerintah Hindia Belanda, menjadi langkah penting dalam perkembangan bahasa Melayu. Balai Pustaka menerbitkan karya sastra dan terjemahan dalam bahasa Melayu tinggi.
Pada masa kolonial, terutama di bawah pemerintahan Hindia Belanda, bahasa Melayu terus berkembang. Pemerintah kolonial menggunakan bahasa Melayu sebagai alat komunikasi dengan rakyat pribumi karena sifatnya yang sudah dikenal luas.
Bahasa Persatuan
Sumpah Pemuda (1928) menjadi tonggak penting dalam sejarah bahasa Indonesia. Dalam kongres tersebut, pemuda-pemuda dari berbagai daerah di Nusantara bersumpah untuk menjunjung bahasa Indonesia, sebagai bahasa persatuan kita, meninggalkan bahsa Melayu.
Pada 17 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno dalam bahasa Indonesia. Hal ini mengukuhkan status bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
- 1945: UUD 1945 Pasal 36 menetapkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negara.
- 1947: Pemerintah mulai mengembangkan kurikulum pendidikan nasional dengan bahasa Indonesia sebagai pengantar utama.
Perkembangan Tata Bahasa
Seperti bahasa lain yang mengalami evolusi, bahasa Indonesia juga mengalami berbagai pembaruan ejaan untuk menyelaraskan dan menyederhanakan penggunaannya yaitu:
- 1901: Ejaan Van Ophuijsen diperkenalkan, menggunakan huruf Latin dan beberapa elemen ejaan Belanda, seperti “oe” untuk “u”.
- 1947: Ejaan Soewandi menggantikan Ejaan Van Ophuijsen. Perubahan mencakup penggantian “oe” menjadi “u”.
- 1972:Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan—atau yang lebih dikenal dengan singkatan EYD Edisi I diresmikan. EYD menetapkan aturan baku ejaan dan tata cara penulisan yang berlaku hingga saat ini. Perubahan besar dalam EYD mencakup:
- “tj” menjadi “c” (contoh: tjara -> cara).
- “dj” menjadi “j” (contoh: djarak -> jarak).
- “j” menjadi “y” (contoh: sajang -> sayang).
- 2015: Setelah EYD mengalami beberapa kali revisi, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) diluncurkan untuk menyempurnakan EYD, dengan beberapa tambahan dan revisi agar lebih relevan dengan perkembangan bahasa Indonesia modern.
- 2021: EYD edisi V ini merupakan pemutakhiran dari pedoman ejaan sebelumnya, PUEBI yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala Badan No. 0321/I/BS.00.00/2021. Dalam EYD ini terdapat penambahan kaidah baru dan perubahan kaidah lama yang disesuaikan dengan perkembangan bahasa Indonesia. Penambahan dan perubahan itu menandakan keterbukaan bahasa Indonesia terhadap perkembangan. Untuk menjamin kemudahan akses dan keluasan jangkauan, EYD ini juga diterbitkan dalam bentuk aplikasi web yang dapat diakses melalui laman ejaan.kemdikbud.go.id.
Jadi Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yang mulai diresmikan pada 1972, adalah pedoman ejaan resmi bahasa Indonesia untuk menyeragamkan tata cara penulisan. Ini termasuk pedoman bagi semua penerjemah di Indonesia tentunya. Seiring evolusi tata bahasa yang berkembang penerjemah harus selalu memperbaiki hasil terjemahannya sesuai perkembangan yang ada.
Aturan dalam EYD ini mencakup penggunaan huruf, tanda baca, penulisan kata, dan penyerapan unsur asing. Huruf kapital digunakan untuk nama orang, nama geografis, dan awal kalimat, sementara huruf miring dipakai untuk istilah asing atau judul karya tulis. Penulisan kata meliputi aturan kata dasar seperti “makan,” kata berimbuhan seperti “mengajar,” dan kata ulang seperti “anak-anak.” Kata majemuk dapat ditulis terpisah, seperti “rumah sakit,” atau padu seperti “matahari.” Unsur serapan disesuaikan dengan fonetik bahasa Indonesia, seperti “computer” menjadi “komputer.” Tanda baca diatur untuk berbagai fungsi, seperti titik untuk mengakhiri kalimat, koma untuk daftar atau pemisah, serta tanda tanya dan seru untuk kalimat tertentu. Penulisan angka dan bilangan juga diatur, seperti “2 juta rupiah” atau bilangan tingkat dengan awalan “ke-” (contoh: “ke-21”).
Munculnya KBBI
Selain harus memahami EYD, seorang penerjemah juga harus memakai kamus resmi di negaranya masing-masing. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kamus standar bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa (sekarang Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa). KBBI menjadi acuan utama untuk memahami kosakata, makna, dan penggunaan kata dalam bahasa Indonesia. Kamus edisi I ini dipublikasikan pada tahun 1988.
Bertepatan dengan penyelenggaraan KBI XII tahun 2023, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut meluncurkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi VI. Sejumlah terobosan dihadirkan dalam edisi terbaru ini, meliputi (a) pencantuman informasi etimologi kosakata dari bahasa Sanskerta, Jawa Kuno, Cina, dan Arab, (b) penyesuaian pelafalan dan penulisan dengan kaidah terbaru, yakni Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) V, (c) penambahan entri menjadi 120.465 kosakata, dan (d) perbaikan definisi.
Hadirnya KBBI edisi VI menjadi satu lompatan penting dalam upaya kita menguatkan posisi bahasa Indonesia sebagai identitas dan alat pemersatu bangsa dan negara Indonesia. Dengan semangat Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya, mari terus menguatkan rasa bangga dan cinta kita terhadap bahasa Indonesia.
Jemaat Assyria
Mari kita pelajari sedikit sejarah Jemaat Assyria yang kurang terkenal di sini. Dalam sejarahnya, Jemaat Assyria juga dikenal dengan berbagai nama antara lain Jemaat Timur, Jemat Persia, Jemaat Siria Timur, Jemaat Siria Kaldea, Jemaat Katolik Apostolik Suci Assyria Timur, Church of the East/CoE, atau malah terkenal dengan sebutan Nestorian. Ada kesalahpahaman dalam sejarah, sebenarnya jemaat ini tidak ada hubungannya dengan Nestorius/Nestorian, namun memang demikian adanya, komunitas ini juga disebut orang sebagai kaum Nestorian.
Jemaat ini sebenarnya didirikan di Edessa (sekarang Irak dan Iran) pada abad pertama Masehi. Pendiri jemaat ini adalah Mar Addai dan Mar Thoma, 2 murid dari Yeshua. Edessa saat itu ada di dalam bagian kekuasaan Romawi, sampai Kekaisaran Sasanid, turunan Kerajaan Persia mengambil alih daerah ini menjadi kekuasaannya di abad 3 Masehi. Kemudian jemaat ini berdiri secara mandiri, terlepas dari jemaat awal lainnya sejak abad 5.
Dari Yerusalem ke Edessa, lalu Kabar Baik yang disalin ke dalam Peshitta ini disebar sampai ke seluruh dunia. Lagi menurut Dr. Lamsa, pemberitaan itu sangat pesat sampai masuk ke Timur Tengah, India, Cina, Mongolia, dan bahkan sempat ke Nusantara di Kota Barus di abad 7 Masehi, namun sayangnya saat itu tidak berkembang. Jadi wajar tidak dikenal di sini. Pada umumnya masyarakat Kristen di sini mengenal Jemaat Katolik dan Ortodoks yang merupakan perpanjangan tangan dari para murid awal Yeshua juga. Memang Katolik dan Ortodoks tadinya adalah kesatuan jemaat di wilayah Kekasiaran Romawi. Di luar itu, Jemaat Assyria berkembang.
Koq Peshita dan ajaran Assyria ini bisa disebarkan di Indonesia sekarang? Ceritanya, pada tahun 2013 Mar Nicholas Lumbantoruan mendapatkan tahbisan di Queensland, Australia, salah satu cabang dari Jemaat CoE yaitu komunitas bernama Orthodox Catholic of The New Age Church. Komunitas ini cukup unik karena memiliki berbagai asal pengajaran. Selain memiliki tahbisan (asal pengajaran) dari Assyria, ada tahbisan dari Siria dan juga dari Old Catholic. Kemudian beliau diutus ke Indonesia untuk mengembangkan ajaran dengan seminari bernama St Basil. Berselang beberapa waktu komunitas bernama Gereja Nasrani Indonesia (GNI) ini berkembang di beberapa kota dan sampai saat ini Peshitta terus menjadi Kitab Suci resminya.
Penulis merasa mau tidak mau memperkenalkan Jemaat Assyria yang unik ini serta keterkaitannya dengan komunitas cabangnya di Indonesia. Kami tidak bermaksud untuk mengembangkan komunitas ini di sini, sama sekali tidak. Niat kami menyediakan terjemahan Aramaik-Indonesia dengan baik. Detailnya silahkan cek ke bawah.
Tujuan Penulisan/penerjemahan
Kami merasa prihatin dengan adanya berbagai terjemahan Kitab Suci Kristen di sini. Tidak ada yang memakai standar penerjemahan yang baik. Ini menyebabkan isi kitab asli dan terjemahan yang ada menjadi berbeda makna. Jadi kami mulai menerjemahkan dengan cara sesuai standar, yaitu memakai pedoman KBBI dan EYD. Hasil terjemahan ini akan menjadi netral, tidak ikut-ikutan aliran kristen tertentu yang memiliki definisi kata/istilahnya sendiri-sendiri. Ini adalah terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, jadi mari pakai pedoman kamus resmi dan tata bahasa yang ada, tidak perlu membuat yang lain.
Jadi bisa disimpulkan, niat kami menerjemahkan Peshitta ini adalah menyediakan terjemahan Kitab Suci Kristen yang netral apa adanya.
Keunikan Peshitta Indonesia
Masih bersambung dengan adanya niat kami menerjemahkan Peshitta, ada beberapa keunikan terjemahan Peshitta Indonesia ini, yaitu terjemahan kami merupakan:
- terjemahan pertama PB Aramaik ke dalam bahasa Indonesia,
- terjemahan pertama bahasa Indonesia yang mengikuti kaidah tata bahasa yang baik,
- terjemahan pertama yang menyalin kalimat dalam bahasa naskah dan cara membacanya, dan
- merupakan terjemahan pertama yang memuat makna berbagai istilah/pepatah Aram. Ini membuat pembaca tidak perlu lagi membeli dan membaca kamus pepatah Aram-Inggris untuk mengetahui makna asli kalimat-kalimat yang diucapkan Yeshua.
Seperti penerjemah baik lainnya di Indonesia, terjemahan ini memakai 2 alat utama terjemahan yaitu KBBI dan EYD. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dipakai untuk memilih kata/lema yang tepat sesuai definisinya, lalu Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) digunakan untuk menyalin kalimat supaya sesuai dengan tanda baca. Ditambah dengan mengikuti norma penerjemahan modern, maka hasil terjemahan ini pasti akan terlihat berbeda dengan terjemahan Kitab Suci Kristen lainnya.
Contoh perbedaannya antara lain ini:
- Menghilangkan nama Allah. Definisi kata Allah di KBBI adalah sebuah nama. Kata Alaha dalam Aram bukanlah nama dalam Peshitta, jadi harus disalin menjadi Tuhan.
- Menghilangkan kata-kata lainnya karena tidak diperlukan, yaitu:
- Injil (diganti Kabar Baik),
- Malaikat (diganti dengan mallakha),
- Nabi (diganti dengan neviya), dll
Kata-kata di atas tidak diperlukan muncul dalam terjemahan karena memang definisi kata-kata tersebut yang ada di KBBI, tidak sesuai dengan isi Peshitta. Misalnya kata nabi. Kata ini tidak akan muncul di dalam terjemahan ini karena makna kata ini di dalam KBBI adalah orang pilihan Allah swt. Tidak ada sosok Allah swt di dalam Peshitta, tidak ada 1 pun nama Allah di sana. Jadi tidak akan ditemukan 1 pun tokoh di dalamnya yang bisa dianggap sebagai seorang nabi.
3. Semua nama orang asli akan ditulis apa adanya untuk menghormati si empunya nama dan juga orang tua yang memberikan nama tersebut. Contoh nama-nama itu antara lain:
- Yesus (diganti dengan Yeshua).
- Maria (diganti dengan Maryam),
- Daud (diganti dengan Dawid), dll.
Tidak disalahkan menyalin nama Mesias menjadi Yesus, namun menurut cara penerjemahan modern, cara transliterasi nama ini sudah ditinggalkan. Nama harus ditulis apa adanya. Jadi pembaca bisa mengetahui dengan jelas kalau dokumen Peshitta ini aslinya adalah dokumen Yahudi, karena memang tokoh-tokohnya adalah orang Yahudi, terlihat jelas dari nama-nama mereka.
Dengan mengetahui nama asli seseorang, maka kita akan mengetahui maknanya. Kalau nama itu diterjemahkan, maka maknanya akan hilang. Lagi pula, sekarang kita sudah dibiasakan untuk menghormati seseorang dengan menyebut namanya dengan baik, jadi menulis nama asli sesuai teks di naskah adalah keharusan.
4. Nama-nama lokasi, kelompok keagamaan, bangsa, kota, laut, dll ditulis apa adanya. Nama-nama itu antara lain:
- Yerusalem (diganti dengan Urishlem),
- Israel (diganti dengan Israyel), dll.
Jangan kuatir, tidak akan membingungkan. Ini malah akan menambah wawasan para pembaca.
Metode Penerjemahan
Dengan penjelasan di atas kami yakin, pembaca sudah bisa menebak metode penerjemahan kami. Namun supaya lebih jelas, kami coba salin metode ini sbb:
- Kami mengambil data naskah-naskah Aram dari Dukhrana Biblical Research (DBR) salah satunya adalah naskah Khabouris. DBR juga menyediakan kamus yang kami pakai dan salin di catatan kaki.
- Kami fokus ke Injil, mulai dari Mattay.
- Kami memilih antara metode penerjemahan Idiomatik dan Semantik, menghindari penerjemahan Bebas dan penerjemahan Harafiah atau kata per kata karena akan menjadi sulit dipahami oleh pembaca.
- Kami menggunakan KBBI dan EYD sebagai panduan menerjemahkan teks ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saat dimulai penerjemahan ini, KBBI ada di versi ke-5 dan EYD di versi ke-6.
- Proses penerjemahan ini adalah terjemahan tim bukan pribadi. Setiap hasil terjemahan digodok oleh tim dan diberikan nomer versi. Kami yakin ke depannya, akibat evolusi bahasa dan berbagai masukan, akan muncul versi-versi perbaikannya.
- Kami menambahkan catatan kaki untuk menambah wawasan pembaca terkait budaya Yahudi di abad 1 yang dipahami oleh orang Assyria. Ada 3 buku yang ditulis oleh Dr. George Lama, seorang sejarawan dan penerjemah Peshitta berdarah Assyria yang kami gunakan, yaitu:
- Idioms in The Bible Explained and a Key to the Original Gospels,
- My Neighbour Jesus – In the Light of His Own Language, People and Time, dan
- The Holy Bible: From Ancient Eastern Text, George M Lamsa’s Translation from the Aramaic of Peshitta.
- Kami meninggikan netralitas dalam terjemahan ini. Sebagai penerjemahan kami mengingatkan diri sendiri dan tim untuk tidak memuat ajaran atau pandangan sendiri walaupun ini sangat sulit. Kami berusaha netral dalam pemilihan diksi sehingga para pembaca tidak dirugikan.
Kami pikir cukup penjelasan awal buku terjemahan ini. Selanjutnya, kami ucapkan selamat mempelajari dan jangan sungkan untuk memberikan kritikan pada kami.
Aramaik
Klik ini untuk download file terjemahan kami.